Pusat Belajar|Hipnoterapi Training|Pelatihan|Konsultasi
WARTA KOTA - Lawan Ketakutan untuk Menyembuhkan
Senin, 8 Februari 2010 | 13:51 WIB
Svarga Emotion Sanctuary
Lawan Ketakutan untuk Menyembuhkan
KETAKUTAN merupakan sumber dari masalah yang terjadi di dunia ini. Begitu bisa melepaskan segala ketakutan, sirna juga segala permasalahan yang ada.
Lihat saja, orang yang takut miskin berlomba bekerja keras hingga di luar kemampuannya. Ada juga yang memilih jalan pintas dengan korupsi atau berbohong. Pada kasus lain, orang yang sedang sakit justru bertambah parah sakitnya ketika ketakutan akan kematian membayanginya.
Dokter memang memberikan obat untuk menyembuhkan. Namun kesembuhan itu akan datang lebih cepat jika disertai dengan kesadaran untuk menghilangkan segala ketakutan.
"Semua ketakutan yang terjadi dasar muaranya adalah kematian. Ketika orang takut miskin, takut tidak makan, takut menderita, muaranya adalah takut akan kematian," kata Dr Ir Richard Claproth Mht, CCH, CSMC, terapis hipnotis dari Qmind, Soul Theraphy & Spiritual Healing, ketika ditemui Warta Kota, belum lama ini.
Untuk menetralkan segala ketakutan itu dibutuhkan cinta, terutama cinta kepada diri sendiri untuk menerima apa adanya. Menurut Richard, ketika timbul rasa sakit, benci, iri, dengki dan sifat lainnya yang membuat fisik pun ikut sakit, segera dibutuhkan kesadaran bahwa kita semua yang ada di dunia ini adalah satu identitas.
"Ketika lahir, yang ada hanyalah jiwa. Dan jiwa itu sebenarnya satu. Jika kita semua menganggap yang ada di dunia ini adalah satu, tidak ada lagi perasaan negatif dan keributan yang timbul, dan dunia pun menjadi aman damai dan tentu saja asyik," kata Richard yang memiliki kemampuan remote viewing, melihat secara jauh keadaan seseorang.
Namun kesadaran seperti itu tidak dimiliki semua orang. Bahkan saat ini ada kecenderungan semakin banyaknya orang yang tidak sadar diri sebenarnya. Akibatnya timbul lebih banyak penyakit, baik penyakit fisik maupun jiwa.
Padahal jika sudah timbul penyakit, yang dimiliki seseorang tinggal kesadaran untuk 'menikmati' sakit. Pilih sakit dengan senang (happy) atau sakit dengan susah.
"Akan ada hukum atraksi di mana apa yang kita tanam akan kita panen. Jika kita berpikir positif dan bahagia, yang akan kita dapatkan kebahagiaan. Ketika sakit, ada pilihan sakit dengan bahagia atau sakit menderita. Ketika pilihannya adalah sakit bahagia, yang didapat bahagia, sehingga akhirnya penyakit itupun akan sembuh," kata mantan Komisaris Bank Mandiri yang mengundurkan diri tahun 2006 untuk total menjadi terapis itu.
Pikiran tak stabil
Ditegaskan oleh Richard, ketakutan memang ada dalam tubuh manusia. Bahkan jika ada energi di dalam tubuh 100 persen, ketakutan memegang porsi sampai 40 persen. Mungkin rasa takut ini bisa lebih sehingga dampak pada tubuh dan jiwa bisa lebih parah lagi. Jika rasa takut memegang porsi 40 persen saja, energi yang efektif digunakan tinggal 60 persen. Energi itu digunakan untuk segala aktifitas atau kegiatan sehari-hari.
“Jadi lawan takut dengan love atau kasih, kasih atau cinta yang tak terbatas. Terutama pada diri sendiri untuk menerima apa adanya,” ujar Richard lagi. Ia menambahkan, kasih adalah cinta yang tanpa batas. Sementara pikiran manusia hanya dipenuhi oleh cinta yang terbatas.
“Pikiran manusia tidak stabil. Hari ini cinta besok bisa jadi benci,” kata Richard yang merasa hidup lebih optimal dengan membantu orang lain setelah keluar dari Komisaris Bank.
Untuk mengubah pikiran seperti menerima sakit apapun kondisi tubuh yang sedang sakit dibutuhkan kesadaran yang tinggi.
“Jika yang dipilih negatif, track-nya akan negatif. Begitu sebaliknya jika yang positif dipilih, track-nya akan positif. Untuk mengubah itu, butuh kesadaran agar yang dipilih track positif. Sehingga yang ada dalam tubuh dan jiwa kitapun menjadi positif,” katanya lagi.
KETAKUTAN merupakan sumber dari masalah yang terjadi di dunia ini. Begitu bisa melepaskan segala ketakutan, sirna juga segala permasalahan yang ada.
Lihat saja, orang yang takut miskin berlomba bekerja keras hingga di luar kemampuannya. Ada juga yang memilih jalan pintas dengan korupsi atau berbohong. Pada kasus lain, orang yang sedang sakit justru bertambah parah sakitnya ketika ketakutan akan kematian membayanginya.
Dokter memang memberikan obat untuk menyembuhkan. Namun kesembuhan itu akan datang lebih cepat jika disertai dengan kesadaran untuk menghilangkan segala ketakutan.
"Semua ketakutan yang terjadi dasar muaranya adalah kematian. Ketika orang takut miskin, takut tidak makan, takut menderita, muaranya adalah takut akan kematian," kata Dr Ir Richard Claproth Mht, CCH, CSMC, terapis hipnotis dari Qmind, Soul Theraphy & Spiritual Healing, ketika ditemui Warta Kota, belum lama ini.
Untuk menetralkan segala ketakutan itu dibutuhkan cinta, terutama cinta kepada diri sendiri untuk menerima apa adanya. Menurut Richard, ketika timbul rasa sakit, benci, iri, dengki dan sifat lainnya yang membuat fisik pun ikut sakit, segera dibutuhkan kesadaran bahwa kita semua yang ada di dunia ini adalah satu identitas.
"Ketika lahir, yang ada hanyalah jiwa. Dan jiwa itu sebenarnya satu. Jika kita semua menganggap yang ada di dunia ini adalah satu, tidak ada lagi perasaan negatif dan keributan yang timbul, dan dunia pun menjadi aman damai dan tentu saja asyik," kata Richard yang memiliki kemampuan remote viewing, melihat secara jauh keadaan seseorang.
Namun kesadaran seperti itu tidak dimiliki semua orang. Bahkan saat ini ada kecenderungan semakin banyaknya orang yang tidak sadar diri sebenarnya. Akibatnya timbul lebih banyak penyakit, baik penyakit fisik maupun jiwa.
Padahal jika sudah timbul penyakit, yang dimiliki seseorang tinggal kesadaran untuk 'menikmati' sakit. Pilih sakit dengan senang (happy) atau sakit dengan susah.
"Akan ada hukum atraksi di mana apa yang kita tanam akan kita panen. Jika kita berpikir positif dan bahagia, yang akan kita dapatkan kebahagiaan. Ketika sakit, ada pilihan sakit dengan bahagia atau sakit menderita. Ketika pilihannya adalah sakit bahagia, yang didapat bahagia, sehingga akhirnya penyakit itupun akan sembuh," kata mantan Komisaris Bank Mandiri yang mengundurkan diri tahun 2006 untuk total menjadi terapis itu.
Pikiran tak stabil
Ditegaskan oleh Richard, ketakutan memang ada dalam tubuh manusia. Bahkan jika ada energi di dalam tubuh 100 persen, ketakutan memegang porsi sampai 40 persen. Mungkin rasa takut ini bisa lebih sehingga dampak pada tubuh dan jiwa bisa lebih parah lagi. Jika rasa takut memegang porsi 40 persen saja, energi yang efektif digunakan tinggal 60 persen. Energi itu digunakan untuk segala aktifitas atau kegiatan sehari-hari.
“Jadi lawan takut dengan love atau kasih, kasih atau cinta yang tak terbatas. Terutama pada diri sendiri untuk menerima apa adanya,” ujar Richard lagi. Ia menambahkan, kasih adalah cinta yang tanpa batas. Sementara pikiran manusia hanya dipenuhi oleh cinta yang terbatas.
“Pikiran manusia tidak stabil. Hari ini cinta besok bisa jadi benci,” kata Richard yang merasa hidup lebih optimal dengan membantu orang lain setelah keluar dari Komisaris Bank.
Untuk mengubah pikiran seperti menerima sakit apapun kondisi tubuh yang sedang sakit dibutuhkan kesadaran yang tinggi.
“Jika yang dipilih negatif, track-nya akan negatif. Begitu sebaliknya jika yang positif dipilih, track-nya akan positif. Untuk mengubah itu, butuh kesadaran agar yang dipilih track positif. Sehingga yang ada dalam tubuh dan jiwa kitapun menjadi positif,” katanya lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar